Thursday, December 9, 2010

Hukum Berkaitan Emas

Hukum Memakai Emas Putih &

Platinum Bagi Lelaki

Soalan :

Assalamualaikum ustaz, bolehkah ustaz memberikan sedikit huraian berkenaan hukum orang lelaki memakai emas putih dan platinum, adakah harus kerana ia bukan emas seperti emas kuning?

JAWAPAN :

Hukum lelaki memakai emas amat jelas hukumnya, iaitu haram berdasarakn begitu banyak dalil-dalil hadith, antaranya :-

Ali bin Abu Talib r.a. berkata:

"Rasulullah s.a.w. mengambil sutera, ia letakkan di sebelah kanannya, dan ia mengambil emas kemudian diletakkan di sebelah kirinya, lantas ia berkata: Kedua ini haram buat orang laki-laki dari umatku." (Riwayat Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, Ibnu Hibban dan Ibnu Majah)

Tetapi Ibnu Majah menambah:

"halal buat orang-orang perempuan."

Nabi s.a.w. juga pernah melihat seorang laki-laki memakai cincin emas di tangannya, kemudian oleh Nabi dicabutnya cincin itu dan dibuang ke tanah.

Kemudian beliau bersabda:

"Salah seorang diantara kamu ini sengaja mengambil bara api kemudian ia letakkan di tangannya. Setelah Rasulullah pergi, kepada si laki-laki tersebut dikatakan: 'Ambillah cincinmu itu dan manfaatkanlah.' Maka jawabnya: 'Tidak! Demi Allah, saya tidak mengambil cincin yang telah dibuang oleh Rasulullah.'" (Riwayat Muslim)

Dan seperti cincin, menurut apa yang kita saksikan di kalangan orang-orang kaya, yaitu mereka memakai pena emas, jam emas, gelang emas, bekas penghidup rokok emas, gigi emas dan seterusnya adalah haram hukumnya.

Bagaimanapun, bagaimana pula hukum emas putih? Adakah hukumnya sama seperti emas biasa yang berwarna kuning?

Untuk menjawab soalan ini, kita perlu memahami apakah itu emas secara umum.

Emas adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki simbol Au (bahasa Latin: 'aurum') dan nomor atom 79. Sebuah logam transisi (trivalen dan univalen) yang lembek, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya tapi terserang oleh klorin, fluorin dan aqua regia. Logam ini banyak terdapat di nugget emas atau serbuk di bebatuan dan di deposit alluvial dan salah satu logam coinage. Kode ISOnya adalah XAU. Emas melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius. (http://id.wikipedia.org/wiki/Emas )

Inilah namanya emas. Sekarang, jika terbukti emas putih adalah dari jenis yang sama logamnya maka hukumnya adalah sama dengan emas kuning. Jikalau kita melihat takrif emas putih di bawah :-

White Golds: What are they?
What are 'white golds'? Are they a special form of gold? Do they contain gold? These are typical questions often asked of us. Well, they are not a special form of gold (which is why you cannot get 24 carat white gold). Actually, they are true carat golds, just like yellow or red carat gold jewellery. They are gold alloys that look white rather than yellow. The white colour is achieved by careful choice of the alloying metals, which bleach the deep yellow of pure gold. ( Rujuk :
http://www.gold.org/jewellery/technology/colours/white.html

Juga disebut bahawa :-

"White gold is an alloy of gold and at least one white metal, such as silver or palladium. Like yellow gold, white gold is measured in Karats." (http://en.wikipedia.org/wiki/White_gold)

Berdasarkan keterangan dari sumber-sumber yang berwibawa ini, saya kira adalah jelas bahawa emas putih adalah jenis logam yang sama dengan emas kuning cuma ia terdapat campuran logam berwarna putih samada dari perak atau palladium. Justeru, hukumnya adalah sama iaitu Haram buat orang lelaki dan halal bagi kaum wanita memakainya.

Adapun Platinum, ia adalah jenis logam yang berlainan

Dalam takrifannya Platinum adalah : "Platina adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pt dan nomor atom 78. Sebuah logam transisi yang berat, "malleable", "ductile", berharga, berwarna putih-keabuan. Platinum tahan karat dan terdapa dalam beberapa bijih nikel dan copper. Platinum digunakan dalam perhiasan, peralatan laboratorium, gigi, dan peralatan kontrol emisi mobil." ( Rujuk : http://id.wikipedia.org/wiki/Platina )

Jelas dari penjelasan ini, bahwa emas putih bukanlah platinum sebagaimana yang didakwa beberapa pihak sehingga membawa kepada fatwa halal orang lelaki memakai emas putih kerana ia adalah platinum.

Kesimpulannya : Halal bagi lelaki memakai platinum dan haram baginya untuk memakai emas putih. Bagaimanapun yang terpilih tetap perak bagi orang lelaki, kerana ia adalah sunnah Nabi SAW jua.

Sekian

Ust Zaharuddin Abd Rahman

12 Feb 2007

24 Muharram 1427

HUKUM ZAKAT EMAS YANG DIPAKAI SECARA BERLEBIHAN

HUKUM ZAKAT EMAS YANG DIPAKAI SECARA BERLEBIHAN
Oleh Syaikh Abdul Aziz bin Baz


Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Baz ditanya : Ada sebagian wanita mengenakan emas secara berlebihan, sementara mengenakannya memang halal, lalu bagaimana hukum zakat emas bila demikian .?

Jawaban
Emas dan sutera dihalalkan bagi kaum wanita tapi tidak bagi kaum pria, sebagaimana disebutkan dalam riwayat dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda.

"Artinya : Telah dihalalkan emas dan sutera bagi kaum wanita umatku, dan diharamkan bagi kaum pria"

Hadits ini dikeluarkan oleh Ahmad, An-Nasa'i dan At-Tirmidzi dan dishahihkannya, dari hadits Abu Musa bin Al-Ays'ari Radhiallahu 'anhuma.

Para ulama berbeda pendapat tentang zakat perhiasan, apakah wajib mengeluarkan zakat perhiasan atau tidak .? Sebagian ulama berpendapat bahwa emas harus dizakatkan kecuali emas yang digunakan untuk perhiasan, maka menurut mereka tidak ada kewajiban zakat pada emas perhiasan, baik yang dikenakan maupun yang disimpan.

Ulama lainnya berpendapat bahwa wajib zakat pada emas perhiasan, dan inilah pendapat yang benar, yaitu wajib zakat pada emas perhiasan jika telah mencapai nishab dan telah mencapai haul karena dalilnya yang bersifat umum.

Nisab emas adalah sembilan puluh dua gram, jika emas perhiasan telah mencapai sembilan puluh dua gram maka emas perhiasan itu wajib dizakati, dan zakatnya itu adalah dua setengah persennya pada setiap tahun. Jadi jika jumlah emas itu seribu gram maka yang dizakatkan adalah dua puluh lima gramnya setiap tahun.

Dan telah diriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa seorang wanita datang menemui beliau dan di tangan putrinya melingkar dua gelang emas, maka beliau bersabda.

"Artinya : Apakah engkau mengeluarkan zakat ini (gelang emas)?". wanita itu menjawab : "Tidak", maka beliau bersabda. : "Apakah engkau senang jika Allah melingkarkan gelang padamu di hari Kiamat dengan dua gelang yang terbuat dari api .?" Perawi hadits ini, yaitu Abdullah bin Amr bin Al-Ash Radhiallahu 'anhu berkata : Lalu wanita tersebut melepaskan kedua gelang itu dan memberikan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sambil berkata : "Kedua gelang ini untuk Allah dan Rasul-Nya". Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan An-Nasa'i dengan sanad yang Shahih.

Berkata Ummu Salamah Radhiallahu 'anha, ia seorang wanita yang menggunakan kalung emas. "Wahai Rasulullah, apakah ini simpanan yang terlarang ?" beliau menjawab :

"Artinya : Jika harta itu telah mencapai nishab dan haul untuk dikeluarkan zakatnya maka zakatilah, sebab itu bukan barang simpanan". Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ad-Daruquthni dan dishahihkan oleh Al-Hakim.

Dan telah dikeluarkan oleh Abu Daud dari hadits Aisyah Radhiallahu 'anha dengan sanad yang shahih, ia berkata : "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam datang menemuiku dan ditanganku terdapat perhiasan yang terbuat dari perak, maka beliau bersabda.

"Artinya : Apa ini wahai Aisyah ?" Aku menjawab : "Aku membuatnya sendiri agar aku berhias untukmu wahai Rasulullah", beliau bersabda. : 'Apakah engkau mengeluarkan zakat untuk hartamu itu ?" Aku menjawab : "Tidak atau apa yang Allah kehendaki", beliau bersabda : "Zakat yang engkau keluarkan itu dapat menyelamatkan engkau dari Neraka". Hadits ini dishahihkan oleh Al-Hakim sebagaimana disebutkan oleh Al-Hafizh Ibnu Rajab dalam Bulughul Maram.

Dalil-dalil ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang tidak berzakat maka harta itu menjadi barang simpanan yang mana pemiliknya akan disiksa pada hari Kiamat, Na'udzu Billah.

[Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi'ah, Syaikh Ibnu Baaz, 4/124]

[Disalin dari buku Al-Fatawa Al-Jami'ah Lil Mar'atil Muslimah, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Tentang Wanita 1, penyusun Amin bin Yahya Al-Wazan, terbitan Darul Haq hal. 205- 207, penerjemah Amir Hamzah Fakhruddin]


BELI EMAS

Hukum Beli Emas Ansuran & Trade 'In'

a- Ustaz, saya ada mendengar bahawa barangan emas tidak boleh di beli secara ansuran, adakah ia benar dan mengapa? Untuk makluman, jual beli emas secara tangguh ini amat berleluasa terutamanya di Kelantan.

b- Pohon penjelasan ustaz juga berkenaan cara menukar emas lama dengan yang baru, yang dikenali sebagai "trade in" yang selalu di lakukan oleh kaum wanita di Malaysia.

- ingin selamat di akhirat-

Jawapan :

a. Jawapan Emas di Jual Beli Secara Ansuran.

Semua ulama empat mazhab mengharamkan jual beli barangan emas secara ansuran dan hutang.

Bagaimanapun, terdapat pandangan yang mengatakan ia bukan lagi di anggap emas kerana telah dibentuk, bagaimanapun semua empat mazhab menolak hujah ini kerana gelang, cincin, rantai emas itu, walaupun telah di bentuk ia masih lagi emas dan tidak akan terkeluar dari sifat emasnya. Ia juga adalah pendapat sahabat seperti Ibn Umar, Udabah bin Somit dan disokong oleh pelbagai ulama kontemporari seperti Prof. Dr Muhydin Qurah al-Daghi, Prof Dr Ahmad al-Kurdi, Prof Dr Ali Salus. Prof. Dr Mohd Said Ramadhan Al-Buti dan ramai lagi.

Rujuk pandangan mazhab empat dalam Al-Mabsut 14/4 ; Al-Bayan wa at-Tahsil 6/444 ; At-Tamhid 2/246 ; Al-Umm , 2/32 ; Takmilah al-Majmu' oleh As-Subky . 10/83 ; Mughni al-Muhtaj , 2/25 ; al-Mughni oleh Ibn Quddamah , 6/60 )

Ibn Abd al-Barr dlm Istizkar menyatakan telah berlaku ijma' (sepakat) mengatakan bahawa emas dengan emas seperti dalam bentuk ‘at-tibr' (serbuk) dan apa jua bentuk emas tersebut, hukumnya tetap tidak harus berlaku sebarang tafadhul (tambahan dari mana-mana pihak yang berurusniaga), demikian juga perak. Justeru tidak harus membelinya secara ansuran dan hutang.

Khatib As-Syarbini dalam Mughni al-Muhtaj (2/25) mengatakan bahawa hasil pembuatan atau tukangan emas hingga menjadi barang kemas berbentuk itu tidak memberi sebarang kesan kepada hukum emas yang asal.

Bagaimanapun terdapat satu pendapat minorti ulama yang mengatakan bahawa emas tulen apabila ia telah di bentuk sehingga menjadi rantai, gelang dan cincin. Ia telah menjadi sil'ah (barangan dagangan seperti kereta kerana terdapat proses pembentukan dan pembuatan) dan tidak lagi dianggap sebagai emas biasa, justeru hukumnya juga berubah.

Pandangan minority ini di katakan adalah pandangan Ia adalah pendapat Mu'awiyah (Rujuk riwayat ini dalam Al-Muwatta oleh Imam Malik dlm kitab Buyu' no 2541; An-Nasaie 7/279 ; Al-Bayhaqi 5/280, tapi Abu Darda telah menegur Mu'awiyyah kerana pandangannya bersalahan dengan nas hadith dan kemudian mengadu ke Sayyidina Umar, dan Umar juga mengharamkan), Ibn Taymiah dan Ibn Qayyim (Rujuk I'lam al-Muwaqqi'ien, 2/141 utk pendapat Ibn Qayyim dan rujuk kitabnya Tafsir ayat Asykalat utk pendapat Ibn Taymiah 2/632 tapi jika dirujuk Majmu' al-fatawa kita akan dapati Ibn Taymiah bersama pendapat jumhur pula). Hasilnya menurut kumpulan ini adalah Harus untuk menjual dan membelinya secara hutang dan ansuran kerana ia telah jadi sil'ah (barang dagangan).

Ia disokong Prof Dr Mahmud ‘Akkam dari Syria dan disetujui oleh As-Syeikh Prof Dr Yusof al-Qaradhawi (kerana "umum al-balwa" - Perkara maksiat yang kurang mudarat tetapi terlampau meluas dan sukar untuk di halang).

Mereka semua menyokong apa yang disebut oleh Ibn Rusyd al-Maliki ( w 595 H) berkata (Rujuk Bidayatul Mujtahid 2/103) yang mengatakan bahawa: "perhiasan emas dan perak sudah terkeluar dari katergori emas tulen (yang tertakluk kepada hukum tukaran emas dalam Islam), justeru harus menjual dan membelinya walaupun secara tangguh.

Ibn Mufleh al-Hanbali (w 763 H) pula berkata (rujuk al-Mubdi' 4/149) : Sesungguhnya ia telah keluar dari sifat asal dengan sebab sun'ah (pembuatan dan pertukangan).

Dalil-dalil jumhur dari pelbagai hadith, boleh rujuk di dalam kitab Az-ziyadah Wa atharuha fi al-Mu'awadah al-Maliah oleh Dr Abd Raouf Bin Muhd Al-Kamali (tesis PhD di Univ Imam dengan tahap Mumtaz, 2/558)

Kesimpulan dan pandangan terpilih : Maka hukum barang kemas adalah sama dalam hal ini, kerana ia tetap emas pada pandangan majoriti, lalu setiap pembelian dan penjualan yang dibayar menggunakan duit (maka Kesatuan Fiqh Sedunia telah memutuskan bahawa matawang kertas adalah ‘nuqud istilahiah' yang sama hukum hakamnya dengan emas, maka jual beli barang kemas dengan wang adalah nuqud dengan emas, maka wajib taqabud boleh tafadhul kerana tidak sama jenis.


b- Jawapan Bagi ‘Trade in' Emas Lama Dengan Emas Baru.

Jelas menurut perbahasan hukum bahawa ‘trade in' emas lama dengan yang baru atau barang kemas emas lama dengan yang baru mestilah mengikut hukum yang dibincangkan di atas, iaitu menurut majoriti ulama setiap barang kemas tetap dianggap emas dan bukan sil'ah, maka bila seseorang ingin menukarnya dengan barang kemas baru emas yang lain. Ia mesti punyai dua syarat tanpa khilaf (Boleh rujuk pelbagai kitab antaranya al-muamalat al-Maliah al-Mu'asiroh oleh Prof Dr Ali Salus, hlm 180 ; Al-Buyu' al-Sya'iah oleh Dr Tawfiq al-Buti dan lain-lain), iaitu :

i) Mutamathilan - mesti sama berat timbangannya. Manakala standard emas tersebut (‘Iyar) 20 atau 21 atau 24 tidak memberikan sebarang kesan. Ia adalah berdasarkan hadith yang menyebut tentang tamar khaibar (yang kurang elok atau buruk) yang ditukar dengan tamar Janib (yang elok) yang mana ianya mesti menuruti syarat sama berat walaupun berbeza kualiti. Hadith ini riawayat al-Bukhari dalam kitab al-Buyu', no 4553. Jika tidak Riba Al-Fadl akan berlaku.

ii) Mesti 'Taqabud fil hal aw fil majlis' ( diserah dan terima dalam satu masa) - kerana ia adalah tertakluk kepada hukum sarf (tukaran matawang dengan matawang), maka tidak dibenarkan untuk menangguh masa serahan. Justeru, mestilah kita menyerahkan emas lama, dan kemudian penjual menyerahkan emas baru yang sama berat pada ketika itu juga. Jika tidak, Riba Nasiah akan berlaku.

Mungkin ada yang akan bertanya, jadi kalau kita ingin melakukan 'trade in' dengan emas baru yang lebih mahal harganya?? Bagaimana kita nak bayar tambahan harga itu?

Jawabnya : Ia sama dengan kes dalam hadith Tamar Khaibar dan Janib tadi. Jawapan yang diberi oleh Rasulullah SAW adalah : "Juallah dengan sempurna , ambillah harganya dan kemudian belilah semula dengan duit kamu tadi"

JELAS, CARANYA : MESTILAH SESEORANG YANG INGIN MELAKUKAN 'TRADE IN'. MENJUAL TERLEBIH DULU KEPADA PEKEDAI EMAS ITU, LALU IA MESTILAH MENGAMBIL DUIT HARGA RANTAI LAMA ITU, CTH HARGA SEUTAS RANTAI EMAS LAMA KITA RM 2000 DAN BERATNYA 200 GRAM, APABILA KITA INGIN TRADE IN DENGAN RANTAI BERHARGA RM2500, MAKA KITA MESTI JUAL DULU, LEPAS KITA PEGANG DUIT RM2000, BARULAH KITA PILIH RANTAI BARU DAN KEMUDIAN TAMBAH DGN RM 500, KEMUDIAN PEMBELI MEMBAYAR KEPADA PEKEDAI LALU MENGAMBIL RANTAI BARU ITU.

Kemungkinan jika transaksi seumpama ini di buat di Malaysia, ia akan kelihatan pelik. Bagaimanapun itulah cara yang selamat dari Riba.


Ust Zaharuddin Abd Rahman

No comments:

Post a Comment